Kesultanan
Gowa
Istana
raja Gowa (1870-1892)
Litografi istana raja Gowa pada tahun 1880-an
(berdasarkan lukisan oleh Josias Cornelis Rappard)
Kesultanan Gowa atau
kadang ditulis Goa, adalah
salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan.
Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan
pesisir barat Sulawesi.
Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya.
Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan
Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu olehKerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka.
Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu
dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang
Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya
pada abad ke-17.
Sejarah
Sejarah awal
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang
dikenal dengan nama Bate
Salapang (Sembilan Bendera),
yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang,
Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik
damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan
Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri
Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang
mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan
saudaranya
Abad ke-16
Tumapa'risi' Kallonna
Memerintah pada awal abad ke-16, di Kerajaan Gowa bertakhta
Karaeng (Penguasa) Gowa ke-9, bernama Tumapa'risi' Kallonna. Pada masa itu
salah seorang penjelajahPortugis berkomentar
bahwa "daerah yang disebut Makassar sangatlah kecil". Dengan
melakukan perombakan besar-besaran di kerajaan, Tumapa'risi' Kallonna mengubah
daerah Makassar dari sebuah konfederasi antar-komunitas yang longgar menjadi
sebuah negara kesatuan Gowa. Dia juga mengatur penyatuan Gowa dan Tallo
kemudian merekatkannya dengan sebuah sumpah yang menyatakan bahwa apa saja yang
mencoba membuat mereka saling melawan (ampasiewai) akan mendapat hukuman
Dewata. Sebuah perundang-undangan dan aturan-aturan peperangan dibuat, dan
sebuah sistem pengumpulan pajak dan bea dilembagakan di bawah seorangsyahbandar untuk mendanai kerajaan. Begitu
dikenangnya raja ini sehingga dalam cerita pendahulu Gowa, masa pemerintahannya
dipuji sebagai sebuah masa ketika panen bagus dan penangkapan ikan banyak.[1]
Dalam sejumlah penyerangan militer yang sukses penguasa Gowa ini
mengalahkan negara tetangganya, termasuk Siang dan menciptakan sebuah pola
ambisi imperial yang kemudian berusaha ditandingi oleh penguasa-penguasa
setelahnya pada abadl ke-16 dan ke-17. Kerajaan-kerajaan yang ditaklukkan oleh
Tumapa'risi' Kallonna diantaranya adalah Kerajaan Siang, serta Kerajaan Bone,
walaupun ada yang menyebutkan bahwa Bone ditaklukkan oleh Tunipalangga.[1]
Tunipalangga
Tunipalangga dikenang karena sejumlah pencapaiannya, seperti yang
disebutkan dalam Kronik (Cerita para pendahulu) Gowa, diantaranya adalah:
1.
Menaklukkan dan menjadikan bawahan Bajeng, Lengkese,
Polombangkeng, Lamuru, Soppeng, berbagai negara kecil di belakang Maros, Wajo,
Suppa, Sawitto, Alitta, Duri, Panaikang, Bulukumba dan negara-negara lain di
selatan, dan wilayah pegunungan di selatan.
2.
Orang pertama kali yang membawa orang-orang Sawitto, Suppa dan
Bacukiki ke Gowa.
3.
Menciptakan jabatan Tumakkajananngang.
4.
Menciptakan jabatan Tumailalang untuk menangani administrasi
internal kerajaan, sehingga Syahbandar leluasa mengurus perdagangan dengan
pihak luar.
5.
Menetapkan sistem resmi ukuran berat dan pengukuran
6.
Pertama kali memasang meriam yang diletakkan di benteng-benteng
besar.
7.
Pemerintah pertama ketika orang Makassar mulai membuat peluru,
mencampur emas dengan logam lain, dan membuat batu bata.
8.
Pertama kali membuat dinding batu bata mengelilingi pemukiman Gowa
dan Sombaopu.
9.
Penguasa pertama yang didatangi oleh orang asing (Melayu) di bawah
Anakhoda Bonang untuk meminta tempat tinggal di Makassar.
10.
Yang pertama membuat perisai besar menjadi kecil, memendekkan
gagang tombak (batakang), dan membuat peluru Palembang.
11.
Penguasa pertama yang meminta tenaga lebih banyak dari rakyatnya.
12.
Penyusun siasat perang yang cerdas, seorang pekerja keras, seorang
narasumber, kaya dan sangat berani.[1]
Raja-raja Kesultanan Gowa
I
Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin
Tuminanga ri Sungguminasa (bertahta 1936-1946) mendengarkan pidato pengangkatan
pejabat gubernur Celebes, Tn. Bosselaar (awal tahun 1930-an)
1.
Tumanurunga (+ 1300)
2.
Tumassalangga Baraya
3.
Puang Loe Lembang
4.
I Tuniatabanri
5.
Karampang ri Gowa
6.
Tunatangka Lopi (+ 1400)
7.
Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna
8.
Pakere Tau Tunijallo ri Passukki
9.
Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna (awal abad ke-16)
11.
I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte
13.
I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Pasulu (1593).
14.
I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna
Berkuasa mulai tahun 1593 - wafat tanggal 15 Juni 1639. Merupakan penguasa Gowa pertama yang memeluk agamaIslam.[1]
Berkuasa mulai tahun 1593 - wafat tanggal 15 Juni 1639. Merupakan penguasa Gowa pertama yang memeluk agamaIslam.[1]
15.
I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid
Tuminanga ri Papang Batuna
Lahir 11 Desember 1605, berkuasa mulai tahun 1639 hingga wafatnya 6 November 1653
Lahir 11 Desember 1605, berkuasa mulai tahun 1639 hingga wafatnya 6 November 1653
16.
I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan
Hasanuddin Tuminanga ri Balla'pangkana
Lahir tanggal 12 Juni 1631, berkuasa mulai tahun 1653 sampai 1669, dan wafat pada 12 Juni 1670
Lahir tanggal 12 Juni 1631, berkuasa mulai tahun 1653 sampai 1669, dan wafat pada 12 Juni 1670
17.
I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu'
Lahir 31 Maret 1656, berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei 1681.
Lahir 31 Maret 1656, berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei 1681.
1.
I Mallawakkang Daeng Mattinri Karaeng Kanjilo Tuminanga ri
Passiringanna
18.
Sultan Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara
Lahir 29 November 1654, berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
Lahir 29 November 1654, berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
19.
I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil
Tuminanga ri Lakiyung. (1677-1709)
21.
I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
22.
I Manrabbia Sultan Najamuddin
23.
I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi. (Menjabat untuk kedua kalinya
pada tahun 1735)
32.
I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid
Tuminanga ri Kakuasanna (1826 - wafat 30 Januari 1893)
33.
I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga
ri Kalabbiranna (1893-
wafat 18 Mei 1895)
34.
I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain
Tuminang ri Bundu'na
Memerintah sejak tanggal 18 Mei 1895, dimahkotai di Makassar pada tanggal 5 Desember 1895. Ia melakukan perlawanan terhadap Hindia Belanda pada tanggal 19 Oktober 1905 dan diberhentikan dengan paksa oleh Hindia Belanda pada 13 April 1906. Ia meninggal akibat jatuh di Bundukma, dekat Enrekang pada tanggal 25 Desember 1906.[2]
Memerintah sejak tanggal 18 Mei 1895, dimahkotai di Makassar pada tanggal 5 Desember 1895. Ia melakukan perlawanan terhadap Hindia Belanda pada tanggal 19 Oktober 1905 dan diberhentikan dengan paksa oleh Hindia Belanda pada 13 April 1906. Ia meninggal akibat jatuh di Bundukma, dekat Enrekang pada tanggal 25 Desember 1906.[2]
35.
I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad
Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa (1936-1946)
36.
Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul
Kadir Aidudin (1946-1960) merupakan Raja Gowa terakhir, meninggal di Jongaya
pada tahun1978.[2]
Referensi
Pranala luar
Sumber: Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar