Situs Megalitikum
Ketiga di temukan
di
Cibedug Lebak Banten!
Situs di Cibedug, Lebak, Banten (courtesy: humaspdg.wordpress)
Situs megalitikum
ternyata tidak hanya ada di Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Di provinsi
tetangganya, Banten, situs sejenis juga ada. Namanya, situs megalitikum Cibedug
yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun.
Lebak Sibedug adalah
nama sebuah kampung yang masuk dalam wilayah Desa Citorek Barat, Kecamatan
Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Keterkenalan kampung ini tak dapat
dipisahkan dari keberadaan sisa peninggalan zaman megalitik berupa menhir dan
punden berundak yang berada dalam satu kompleks yang kini diisolasi dan dinamai situs Lebak Cibedug.
Secara kasat mata,
situs megalitikum Gunung Padang berupa punden berundak dengan lima teras,
sementara di Cibedug terdiri dari sembilan teras dengan susunan batu berbentuk
lonjong seperti menhir.
Penguasaan teknologi
di situs Gunung Padang lebih maju ketimbang situs Cibedug. Di situs megalitikum
Gunung Padang hampir semuanya terdiri dari bebatuan persegi panjang dan nyaris
presisi, adapun di Cibedug bebatuannya berbentuk bulat panjang dan tidak beraturan.
Kesannya, situs megalitikum Cibedug usianya lebih tua.
“Aura situs Cibedug
sangat baik untuk para pelaku spiritual, karena pada jaman dahulu memang
dipakai sebagai tempat berdoa. Bila melihat tampilan secara batin, maka
beberapa kerajaan pernah menggunakan tempat ini,” jelas pengamat spiritual Ki
Bowo (Senin, 28/5/12).
Berbeda dengan situs
megalitikum Gunung Padang di Cianjur, situs Cibedug sangat tidak terawat dan
jarang dikunjungi wisatawan mengingat lokasinya yang tidak mudah dijangkau
dengan kendaraan dan harus berjalan kaki naik turun bukit.
Meskipun berada di
wilayah Kecamatan Cibeber, namun rute menuju Cibedug ternyata lebih enak
ditempuh melalui jalur Pandeglang – Rangkasbitung – Cipanas – Citorek –
Cibedug, dibanding menempuh jalur Pandeglang – Bayah – Cibeber – Citorek –
Cibedug.
Jika dibandingkan
dalam hitungan jarak dari Pandeglang, maka rute pertama ini berjarak ± 80 Km
sedangkan rute kedua berjarak 2 kali lipatnya. Menghadapi pilihan ini tentu
saja memilih rute pertama.
Atau bisa juga situs
megalitikum Cibedug ini ditempuh melalui Rangkasbitung menuju Citorek,
Kecamatan Bayah, Lebak atau dari Bogor melalui Jasinga, dengan waktu tempuh
yang lumayan panjang dan melelahkan dibandingkan menuju Gunung Padang Cianjur
yang bisa ditempuh langsung sampai di kaki situs dengan kendaraan.
Situs ini secara
geografis terletak di lereng Pasir Manggu dengan luas areal sekitar 2 hektar.
Secara garis besar situs memperlihatkan suatu kompleks bangunan yang terdiri
atas 3 bagian halaman, dengan pembagian halaman yang semakin meninggi dari sisi
sebelah timur ke barat.
Halaman pertama
merupakan bagian sebelah timur dan merupakan bagian ruang yang paling rendah
dibandingkan dengan halaman kedua dan ketiga. Halaman kedua terletak di bagian
tengah, dan halaman ketiga yang merupakan bagian inti terletak di bagian paling
barat dan merupakan bagian halaman yang paling tinggi.
Pintu masuk menuju
kompleks bangunan ini terletak di sebelah barat, bersisian langsung dengan
aliran Kali Cibedug. Jalan masuk ke situs Lebak Cibedug melalui tangga yang
terbuat dari susunan batu andesit dan bongkahan batu lempung yang terdiri dari
33 anak tangga.
Pada bagian tengah
pintu masuk terdapat menhir dengan ukuran besar dalam posisi tegak. Menhir ini
adalah satu-satunya menhir terbesar dibandingkan dengan beberapa temuan menhir
lainnya yang terdapat di situs ini. Ukuran tinggi menhir adalah 236 sentimeter
dengan diameter 336 sentimeter.
Batu Menhir di situs Lebak, Cibedug Banten yang berada di Taman Nasional
Gunung Halimun.
Dari pengamatan bentuk
bangunan secara keseluruhan, tampak bahwa kompleks megalitik Lebak Cibeduk
merupakan perpaduan bentuk bangun batur-batur punden yang kadangkala dilengkapi
dengan menhir, batu datar, dan batu kursi dengan punden berundak sebagai bagian
yang paling sacral.
Berdasarkan informasi
pustaka disebutkan bahwa tinggalan bangunan megalitik yang tersebar di kawasan
Lebak Cibeduk secara lokasional semua tinggalan didirikan tidak jauh dari
aliran sungai.
Bahan-bahan yang
digunakan untuk menyusun bangunan megalitik baik berupa bangunan berundak atau
batur punden yang disebut masyarakat lokal dengan isitilah batu tukuh yang
hampir semuanya menggunakan dua jenis batuan yaitu batu andesit dan tufa yang
berbentuk bongkahan.
Kedua jenis bahan
batuan itu terdapat pada aliran sungai yang berada tidak jauh dari situs. Para
peneliti menarik kesimpulan bahwa bahan untuk pendirian bangunan-bangunan
megalitik yang banyak ditemukan di kawasan Lebak Cibeduk diperoleh dari
bongkahan-bongkahan yang tersingkap di aliran-aliran sungai yang ada disekitar
situs.
Di daerah situs
Cibedug ini sinyal ponsel tak terdeteksi. Juga jangan berharap dapat santai
menonton acara di stasiun televisi karena meskipun terdapat aliran listrik yang
dihasilkan dari pembangkit listrik tradisional, alirannya tak dapat memasok
listrik yang dibutuhkan peralatan besar seperti televisi.
Profil
Situs Lebak Cibedug
Secara geografis Desa
Citorek Kecamatan Cibeber di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Muncang,
sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bayah, sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Panggarangan dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Sukabumi.
Sedangkan, lokasi
Situs Lebak Sibedug menempati areal seluas kurang lebih 2 Ha terletak di lereng
Gunung Pasir Manggu dengan orientasi Situs Timur – Barat yang berbatasan di
sebelah Utara dengan Kali Cibedug, di sebelah Timur dengan Gunung Pasir Manggu,
di sebelah Selatan dengan Kali Cibedug dan di sebelah Barat dengan Kali Cibedug
dan Dusun Cibedug
Untuk mencapai lokasi
tersebut dapat ditempuh melalui 2 jalur, yaitu :
§
Rangkasbitung – Citorek melalui Kec.
Cipanas – Ciparasi Kec. Muncang kurang lebih 50 km dan berjalan kaki sekitar 12
km.
§
Rangkasbitung – Cikotok – Warungbanten –
Citorek Kec. Cibeber melalui Malingping – Bayah sekitar 170 km dan berjalan
kaki sekitar 12 km.
Secara umum
dilingkungan Situs tersebut beriklim tropis penghujan dengan curah hujan rata –
rata 4.000 – 6.000 mm / tahun dengan suhu berkisar 18º Celcius.
Masyarakat Dusun
Sibedug Desa Citorek Kec. Cibeber mayoritas beragama Islam, namun adat istiadat
yang berhubungan dengan religi dari zaman Pra Islam masih nampak melalui
pemujaan berkaitan dengan masalah bercocok tanam.
Dalam kaitannya dengan
kepercayaan atau mitos masyarakat sekarang, komplek bangunan di Situs Lebak
Sibedug deanggap sebagai suatu bangunan kuno peninggalan nenek moyang yang
sangat dikeramatkan, khususnya yang berkaitan dengan masalah kesuburan dalam
bercocok tanam dan pelepasan nadar (permohonan sesuatu).
Terlihat batu-batu menhir tertanam di sekitar Situs Lebak Cibedug Banten
Masyarakat setempat
masih memegang teguh memegang adat istiadat yang diwariskan leluhur mereka dan
diyakini bahwa arwah leluhur sebagai penghunu alam gaib yang mengendalikan
kehidupan. Hal ini terlihat dari tata cara mereka memonon restu kepada leluhur
sebelum penanaman padi dilaksanakan agar diberikan hasil panen yang melimpah
atau dijauhkan dari hama penyakit.
Pelepasan nadar
(permohonan sesuatu) yang berhubungan dengan nasib dan keberuntungan dilakukan
oleh masyarakat melalui suatu upacara kecil (selamatan) yang dilaksanakan
didalam salah satu halaman komplek bangunan Situs pada bagian susunan kelompok
menhir yang diberi pagar dan atap.
Komplek bangunan Situs
merupakan salah satu Monumen Tradisi Megalitik (Mega = besar, lithos = batu)
dari masa Pra Hindu. Kompek bangunan pemujaan (keagamaan) ini dilihat secara
umum berbentuk Punden Berundak (bangunan utama) dengan disertai beberapa menhir
dan dolmen dalam pola mengelompok maupun tunggal.
Jenis bahan dasar
Situs Lebak Sibedug menggunakan batuan Andesit yang cukup banyak dijumpai
disekitar Situs yang terjadi sebagai akibat dari magma yang keluar dari perut
bumi ketika terjadinya letusan gunung api yang menghasilkan 3 jenis batuan,
yakni :
§
Krekel Silika (Bom) tersiri dari
Obsidian, Opal dan Panitik
§
Tufa Andesit (debu gunung)
§
Flow Andesit / Andesit leleh (lahar)
yang kemudian menjadi batuan Andesit setelah membeku (batuan beku)
Jalan masuk menuju
Situs dari arah Barat melewati Trap (tangga masuk) sebanyak 33 tingkatan, pada
bagian pintu masuk terdapat sebuah menhir berukuran besar dalam posisi tegak
berdiri dan merupakan menhir yang terbesar dengan ukuran tinggi 235 cm dan
berdiameter 336 cm.
Dilihat dari fungsi
letak menhir ini, kemungkinan dimaksudkan sebagai penjaga / pelindung dimana
bagian dalam Situs dibagi atas 3 bagian, yaitu :
Bagian
Depan
§
Bagian depan bebentuk persegi panjang
dengan menggunakan batuan Andesit sebagai bahan utamanya. Penataannya hanya
menggunakan 2 lapis susunan batu dengan ukuran panjang 582 cm dengan lebar 395
cm.
§
Bagian depan ini, terdapat semacam teras
yang menyatu dengan ruang utama bagian depan berukuran panjang 105 cm, lebar
104 cm terletak ke Utara sebelah kiri tangga masuk dan dibagian ini pula
terdapat menhir roboh.
Bagian
Tengah
§
Antara bagian depan dan bagian tengah
dibatasi oleh gundukan tanah memanjang dari Utara ke Selatan dengan ukuran
panjang 19,5 m dan tinggi gundukan tanah 1,30 m.
§
Untuk masuk kebagian ini melewati trap
bersusun 3 dengan lebar 140 cm memotong gundukan tanah, sebelah kiri dan kanan
bagian atas trap terdapat 2 menhir dalam posisi roboh.
§
Menhir sebelah kanan trap (tangga)
panjangnya 118 cm berdiameter 117 cm dan menhir sebelah kiri trap (tangga)
panjangnya 135 cm dan berdiameter 112 cm.
Dalam bagian tengah
ini terdapat susunan batuan Andesit berbentuk segi empat dapat dibagi dalam 2
bagian :
§
Merupakan susunan batuan Andesit yang
belum dipahat membentuk persegi empat, tersusun satu tingkat dengan ukuran
panjang 382 cm dan lebar 380 cm.
§
Merupakan susunan batuan Andesit yang
belum dibentuk oleh tangan manusia berbentuk persegi empat panjang, terdiri
dari 3 tingkatan dengan ukuran :
§
Undakan I : Panjang = 1.445 cm ; Lebar =
864 cm
§
Undakan II : Panjang = 1.157 cm ; Lebar
= 597 cm
§
Undakan III : Panjang = 171 cm ; Lebar =
161 cm
Bagian sisi kiri arah
Selatan, terdapat susunan batu berbentu segi empat dimana setiap sisinya
terdapat 4 buah menhir. Oleh masyarakat setempat dianggap keramat sehingga atas
inisiatif mereka dibuatkan cungkup dan pagar pengaman terutam menhir yang
terletak dibagian depan sisi kiri.
Keempat menhir
tersebut, 3 diantaranya berbentuk bulat dalam posisi berdiri tegak sedangkan
lainnya berbentuk persegi empat dalam posisi miring kearah barat.
Batu-batu menhir di Situs Lebak Cibedug Banten
Bagian Inti
Terletak dibagian
belakang kearah Tenggara berbatasan dengan Kali Sibedug tersiri atas 3 bagian,
yaitu :
Bagian depan
(pelataran) merupakan susunan batu Andesit berbentuk persegi panjang dan
memiliki 5 undakan. Dibagian kiri terdapat 5 buah menhir, 4 buah dalam posisi
berdiri dan satu lainnya dalam posisi roboh.
Dibagian tengah
sebelah Barat terdapat trap jalan menuju kepuncak berukuran 180 cm. Undakan
berbentuk persegi empat berukuran panjang 11 m dan lebar 33,1 m.
Bagian tengah punden,
terdiri dari 5 tingkatan (undak). Jalan menuju kebagian atas bangunan undakan
tengah dapat dilalui dari 2 arah yaitu arah Barat dan arah Utara.
Dipuncak bangunan
bagian tengah terdapat 3 buah menhir, 2 diantaranya roboh dan 1 berdiri dalam
posisi agak miring ke Utara dan dolmen berjumlah 2 buah. 1 buah dolmen terletak
ditengah dalam susunan batu yang berbentuk persegi empat panjang dan 1 buah
dolmen terletak didepan menhir.
Tiap undakan memiliki
:
§
Undakan I : Panjang = 43,6 m ; Lebar =
33,1 m
§
Undakan II : Panjang = 41,3 m ; Lebar =
30,8 m
§
Undakan III : Panjang = 34 m ; Lebar =
28,5 m
§
Undakan IV : Panjang = 34 m ; Lebar =
23,5 m
§
Undakan V : Panjang = 10 m ; Lebar =
23,5 m
Bagian atas (inti)
merupakan susunan batu Andesit berbentuk persegi panjang memiliki 7 undakan,
tiap undakan memiliki ukuran :
§
Undakan I : Panjang = 18 m ; Lebar =
18,3 m
§
Undakan II : Panjang = 16,3 m ; Lebar =
15,3 m
§
Undakan III : Panjang = 14 m ; Lebar =
13 m
§
Undakan IV : Panjang = 12 m ; Lebar = 11
m
§
Undakan V : Panjang = 9,5 m ; Lebar = 9
m
§
Undakan VI : Panjang = 7,4 m ; Lebar =
6,5 m
§
Undakan VII : Panjang = 5,3 m; Lebar =
4,4 m
Hingga kini belum ada
penelitian mendalam atau catatan khusus tentang usia situs Cibedug. Kepercayaan
masyarakat sekitar hanya menukilkan jika bebatuan yang banyak berserakan
tersebut sebagai peninggalan leluhur sehingga wajib dijaga dan dipelihara.
Apakah pembangunan
situs megalitikum Cibedug yang berada di ketinggian 1.050 mdpl mengacu pada
situs megalitukum Gunung Padang? Ataukah justru sebaliknya? Yang jelas, ada
banyak misteri tentang peradaban masa lalu tanah air yang belum terungkap.
(dem/rmol.co/humaspdg.wordpress/wisatalebak.awardspace/bantenculturetourism.com/icc.wp.com)
luar biasa... dilengkapi dengan peta perjalanan...
BalasHapushttp://catatanbiruputih.blogspot.com/
semoga ada perhatian dari pemerintah, baik pemerintah daerah ataupun pusat, agar senantiasa menggali sejarah masa lalu negeri ini, agar menjadi Bangsa yang besar, seperti negeri tirai bambu.
BalasHapus👍👍
BalasHapus