Bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara
Bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa 7 buah prasasti batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa Kerajaan Tarumanegara dibangun oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomatri (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
Prasasti yang ditemukan
Tarumanegara meninggalkan 7 (tujuh) prasasti:
Prasasti Ciaruteun
Salinan gambar prasasti Ciaruteun dari buku The Sunda Kingdom of West Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.
Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:
1. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut).
2. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat
Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.
Prasasti Kebonkopi
Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu
.
Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
Prasasti Pasir awi
Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca.
Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu di Museum Nasional
Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti tersebut
Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:
1. Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
2. Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
3. Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.
Sumber dari Luar Negeri
Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari berita Tiongkok antara lain:
1. Berita Tommy L dan Monica, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian masih animisme.
Ye po ti sering diterjemahkan jawadwipa, tetapi kemungkinan terbesar ye po ti adalah way seputih di Lampung ...Yeh-po-ti dapat diasumsikan sebagai transliterasi dari Seputih (Sholihat, 1980: 5). , di daerah aliran way seputih (sungai seputih) ini ditemukan bukti2 peninggalan kerajaan kuno berupa punden berundak dll yang sekarang terletak di taman purbakala pugung raharjo, tdk jauh dari situs tersebut ditemukan batu2 karang yg menunjukan daerah tersebut dulu adalah daerah pantai persis penuturan Fa hien meskipun saat ini terletak puluhan kilo meter dari pantai.
1. Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan.
2. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusaan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara.
Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang kerajaan Tarumanegara.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.
Kepurbakalaan Masa Tarumanagara
Candi Jiwa di situs Percandian Batujaya
_____________________________________________________________________________
Batu Dakon
Arca Dewa Wisnu
Kepurbakalaan Masa Tarumanagara
No.
|
Nama Situs
|
Artepak
|
Keterangan
|
1
|
Kampung Muara
|
Menhir (3)
| |
Batu dakon (2)
| |||
Arca batu tidak berkepala
| |||
Struktur Batu kali
| |||
Kuburan (tua)
| |||
2
|
Ciampea
|
Arca gajah (batu)
|
Rusak berat
|
3
|
Gunung Cibodas
|
Arca
|
Terbuat dari batu kapur
|
3 arca duduk
| |||
arca raksasa
| |||
arca (?)
|
Fragmen
| ||
Arca dewa
| |||
Arca dwarapala
| |||
Arca brahma
|
Duduk diatas angsa
(Wahana Hamsa) dilengkapi padmasana | ||
Arca (berdiri)
|
Fragmen kaki dan lapik
| ||
(Kartikeya?)
| |||
Arca singa (perunggu)
|
Mus.Nas.no.771
| ||
4
|
Tanjung Barat
|
Arca siwa (duduk) perunggu
|
Mus.Nas.no.514a
|
5
|
Tanjungpriok
|
Arca Durga-Kali Batu granit
|
Mus.Nas. no.296a
|
6
|
Tidak diketahui
|
Arca Rajaresi
|
Mus.Nas.no.6363
|
7
|
Cilincing
|
sejumlah besar pecahan
|
settlement pattern
|
8
|
Buni
|
perhiasan emas dalam periuk
|
settlement pattern
|
Tempayan
| |||
Beliung
| |||
Logam perunggu
| |||
Logam besi
| |||
Gelang kaca
| |||
Manik-manik batu dan kaca
| |||
Tulang belulang manusia
| |||
Sejumlah besar gerabah bentuk wadah
| |||
9
|
Unur (hunyur) sruktur bata
|
Percandian
| |
Segaran I
| |||
Segaran II
| |||
Segaran III
| |||
Segaran IV
| |||
Segaran V
| |||
Segaran VI
| |||
Talagajaya I
| |||
Talagajaya II
| |||
Talagajaya III
| |||
Talagajaya IV
| |||
Talagajaya V
| |||
Talagajaya VI
| |||
Talagajaya VII
| |||
10
|
Cibuaya
|
Arca Wisnu I
| |
Arca Wisnu II
| |||
Arca Wisnu III
| |||
Lmah Duwur Wadon
|
Candi I
| ||
Lmah Duwur Lanang
|
Candi II
| ||
Pipisan batu
|
Rujukan
1. Richadiana Kartakusuma (1991), Anekaragam Bahasa Prasastidi Jawa Barat Pada Abad Ke-5 Masehi sampai Ke-16 Masehi: Suatu Kajian Tentang Munculnya Bahasa Sunda. Tesis (yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Arkeologi). Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
2. Dinas Purbakala R.I (1964) Laporan Tahunan 1954 Dinas Purbakala Republik Indonesia. Djakarta: Dinas Purbakala
3. J.L.Moens (1940)"was Purnawarman van Taruma een Sanjaya?" TBG.81
4. J. noorduyn and H.Th.Verstappen (1972), "Purnawarman's River-works near Tugu" BKI 128:298-307
5. R.M.Ng.Poerbatharaka (l952), Riwayat Indonesia I. Djakarta: Jajasan Pembangunan
6. Soetjipto Wirjosuparto (1963), The Second Wisnu Image of Cibuaya, West Jawa, MISI. I/2: 170-87
7. Teguh Asmar (1971), "Preliminary Report on Recent Excavation near the Kenon Kopi Inscription (Kampung Muara)" Manusia Indonesia V(4-6), l971:416-424;
8. Teguh Asmar (l971) "The Megalithic Tradition" dalam Haryati Soebadio et.al.(editor) Dynamic of Indonesian History, Amsterdam. 1978:29-40
9. W.P.Groeneveldt, Catalogus der Archaeologische Verzameling van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Batavia l887
10. N.J.Krom "inventaris der Hindoe-Oudheden" ROD 1914-1915.
11. Hasan Djafar "Pemukiman-Pemukiman Kuna di Daerah akarta dn Sekitarnya" makalah pada Dskusi Ilmiah Arkeologi VI, Jakarta 11-12 Februari 1988. IAAI Komda Jawa Barat.
12. Van der Hoop Catalogus der Prehistorische Verzameling. 1941.
13. R.P.Soejono "Indonesia (REgional REport)" Asian Perspectives VI, 1962: 23-24
14. I Made Sutayasa (l970) "Gerabah Prasedjarah dari Djawa Barat Utara (kompleks Bun), makalah pada Seminar Sjarah Nasional II
15. Jurusan Arrkeologi FSUI (l985/1986), Peninggalan Purbakala di Batujaya (naskah Laporan untuk Proyek Penelitian Purbakala, Jakarta)
Sumber: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar